Pandemi Covid-19, perang antara Rusia dan Ukraina, Agresivitas Bank Sentral Amerika Serikat dalam menaikkan suku bunga acuan menggiring perkembangan ekonomi dunia menuju bencana.
Seperti dilansir dari berbagai sumber, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2023 bakal mengalami krisis dan resesi. Jika di 3 tahun lalu pandemi covid-19 telah memberikan luka dan dampak yang mengerikan bagi ekonomi dunia. Kini Resesi akibat melambatnya pertumbuhan dunia juga siap menerkam.
Also Read: Importance of Inventory Management for Company
Berikut beberapa negara terancam resesi pada tahun 2023 :
1.Amerika Serikat
Image Source : Freepik
Pada kuartal I 2022 pertumbuhan ekonomi amerika mengalami minus 1,6 persen kemudian terkontraksi 0,6 persen pada kuartal ke II 2022
Meskipun telah mengalami kontraksi selama 2 kuartal berturut-turut, namun ekonomi Amerika Serikat belum dapat dikatakan memasuki resesi. Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) masih bersikeras mengutarakan bahwa pasar kerja Amerika Serikat masih kuat, dibuktikan dengan 315 ribu pekerja baru pada Agustus 2022
"Pasar tenaga kerja AS yang kuat memberi kami fleksibilitas untuk menjadi agresif dalam perjuangan kami melawan inflasi," tulis The Fed.
2.Eropa
Image Source : Freepik
"Ekonomi mulai terlihat seperti lama-kelamaan akan habis terhenti,"
-Kepala Ekonom Bisnis di S&P Global Market Intelligence Chris Williamson.-
Sejak akhir 2002 mata uang euro merosot ke level terlemahnya terhadap dollar. Hal ini memicu kekhawatiran negara di Eropa terhadap terjadinya resesi. Selain itu, perdagangan di Jerman pada Mei 2022 mengalami defisit sebesar 1 miliar euro (riset disesuaikan secara musiman). Ini berlawanan dengan ekspektasi surplus.
Demikian pula yang terjadi pada perekonomian di Inggris. Inflasi yang tinggi mengakibatkan tanda-tanda perlambatan. Bahkan selama 2022 suku bunga acuan bank sentral inggris telah naik 200 basis poin. Eropa terancam resesi 2023.
About Human Resources: Definition and Benefits of HRMS for Your Company
3. China
Source : Freepik
Bank Dunia melaporkan bahwa China mengalami penurunan yang signifikan, jika diperkirakan ekonomi China berada di angka 5.0 persen, ternyata hanya tumbuh 2.8 persen saja. Padahal 86 persen output ekonomi kawasan 23 negara dikuasai oleh China
Lock down yang diberlakukan dalam beberapa bulan terakhir di China mengakibatkan pelemahan. Hal itu ikut menyumbang gangguan di sektor industri, penjualan domestik sampai aktivitas ekspor
"Kami memproyeksikan pertumbuhan PDB riil melambat tajam menjadi 4,3 persen pada 2022 sampai dengan 0,8 poin, persentase lebih rendah dari yang diproyeksikan dalam Pembaruan Ekonomi China Desember," tulis IMF dalam laporan perekonomian China Juni 2022.
4. Mongolia
Image Source : Wikipedia
Mongolia, sebuah negara yang berbatasan langsung dengan China dan Rusia tak luput dari bayang bayang resesi di tahun 2023. Sebuah lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings mengungkapkan bahwa dampak geopolitik dan kondisi keuangan global yang lebih ketat akan memperburuk keuangan eksternal Mongolia yang lemah.
Pemerintah Mongolia yang memiliki ketergantungan pada utang luar negeri ikut andil dalam perlambatan ekonomi di Mongolia
"Kami memproyeksikan defisit neraca berjalan Mongolia pada 2022 akan melebar menjadi 16,3 persen dari PDB dan beban utang luar negeri bersihnya menjadi besar pada 167 persen dari PDB," tulis analis Fitch.
Also Read: ERP VS Accounting Software
5.Korea Selatan
Image Source : Freepik
Kekhawatiran investor atas kenaikan suku bunga acuan atas perang melawan inflasi akan menjadi pemicu perlambatan ekonomi. Terbukti dengan jatuhnya saham Korea Selatan pada awal Juli 2022.
Seo Jung-hun selaku analisis Samsung mengungkapkan bahwa saham Korea Selatan mirip pasar saham Taiwan yaitu bereaksi terhadap resesi dan sensitif dengan momentum siklus ekonomi
6. Indonesia
Image Source : Wikipedia
Dilansir dari cnbcindonesia.com. Selain negara-negara di atas masih ada beberapa negara yang berpotensi jatuh ke jurang resesi yaitu : Prancis, Kanada, Jepang, Rusia, Italia, Ukraina, Equatorial Guinea, Libya, Haiti, Yaman, Sudan, Chad, Mikronesia, Cyprus, Luxemburg, Lithuania, Slovenia, Tonga, Republik Kongo, Zimbabwe, Samoa, Chile, Argentina.
David Malpass selaku Presiden Bank Dunia dan Kristalina Georgieva Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional memperingatkan akan peningkatan risiko resesi global. Dalam dialognya dengan Georgieva, mengatakan bahwa “ada risiko dan bahaya nyata dari resesi dunia tahun depan”.
Lalu, apa saja yang bisa kita lakukan jika resesi terjadi :
1.Perbesar Dana Daruat
JIka biasanya dana darurat itu 3-6 kali pengeluaran bulanan, maka sewaktu resesi dana darurat yang dipersiapkan harus lebih tinggi, setidaknya 12 kali pengeluaran bulanan Anda.
2.Miliki Cashflow yang Sehat dan Baik
Atur pengeluaran dan pendapatan secara baik. Prioritaskan pengeluaran untuk hal-hal yang benar-benar dibutuhkan, bukan yang diinginkan
3.Hindari Hutang Konsumtif atau Jangka Panjang
Jangan mengambil hutang untuk kebutuhan konsumtif atau berjangka panjang. Karena secara umum jika resesi terjadi, maka suku bunga bank akan naik dengan signifikan. Dan jika Anda sudah memiliki hutang jangka panjang, pikirkanlah strategi untuk melunasi hutang Anda secepatnya
4.Buat Penghasilan Tambahan
Penghasilan tambahan adalah hal yang penting karena dapat membantu menjaga kondisi keuangan Anda. Apalagi jika penghasilan utama Anda terhenti akibat resesi.
Itulah beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan untuk menghadapi bayang-bayang resesi di tahun 2023. Persiapkan diri Anda sebelum terlambat.