JAKARTA — Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), sebuah organisasi think tank, menyatakan bahwa banyak negara saat ini berlomba-lomba untuk memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) guna mencari nilai tambah. Tren ini sejalan dengan semakin cepatnya pemanfaatan Generative Artificial Intelligence (Gen-AI) di seluruh dunia. Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif ELSAM, Wahyudi Djafar, dalam acara Sarasehan Nasional: Peluncuran Transformasi Policy Manifesto, Rekomendasi untuk Optimalisasi Ekonomi Digital Indonesia di Jakarta, Selasa (20/8/2024).
"Negara-negara di dunia berlomba-lomba untuk memperoleh manfaat lebih dari perkembangan teknologi," ujar Wahyudi.
Namun demikian, Wahyudi menekankan bahwa negara-negara juga menghadapi berbagai risiko dan tantangan terkait perkembangan teknologi AI. Ia menyoroti pentingnya diskusi khusus mengenai model tata kelola yang mampu merespons perkembangan teknologi AI, dengan fokus pada pengembangan teknologi yang dapat dipercaya, kuat secara teknis, etis, serta sesuai dengan prinsip-prinsip hukum dan regulasi. "Inilah yang kami coba hadirkan dalam trajektori pemanfaatan kecerdasan artifisial dalam perkembangan ekonomi digital dan model tata kelola bagi Indonesia," jelasnya.
Selain itu, Wahyudi menambahkan bahwa ELSAM juga melihat peluang dan tantangan yang dihadirkan oleh teknologi AI, termasuk disrupsi yang mungkin terjadi. Organisasi ini meneliti arah pembangunan nasional dengan merujuk pada dokumen-dokumen penting, seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025—2045, yang dijadikan acuan untuk mencapai Indonesia Emas. ELSAM juga mengkaji Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025—2029, yang akan dirumuskan bersamaan dengan visi-misi presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024—2029.
Selain itu, ELSAM juga menganalisis berbagai dokumen lain yang diharapkan dapat mendukung tercapainya Indonesia Emas, termasuk visi Indonesia Digital 2045 yang dikembangkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Wahyudi juga menyebutkan strategi ekonomi digital yang disusun oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan dokumen resmi lainnya yang telah memasukkan AI sebagai kata kunci untuk optimalisasi di berbagai bidang di Indonesia.
Wahyudi menekankan pentingnya pendekatan yang berpusat pada manusia dalam pengembangan teknologi AI dan tata kelolanya. Dengan demikian, diharapkan akan tercipta AI yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya, serta tidak diskriminatif, inklusif, transparan, akuntabel, dan melindungi privasi. "Termasuk juga memastikan keselamatan manusia tetap terjaga dengan kontrol yang tetap berada di tangan manusia," tutupnya.